beritaposonline
Headlines News :
Home » , , , » Penyebab Anak terus menerus panas,batuk dan pilek

Penyebab Anak terus menerus panas,batuk dan pilek

Written By Unknown on Kamis, 06 September 2012 | 19.47

Penyebab Anak terus menerus panas,batuk dan pilek

Bayi mestinya jarang sakit karena masih disokong oleh imunitas yang tinggi semasa dikandung atau menyusu dari ibunya. Sehingga Penyakit umum seperti flu ,yang biasa ditandai panas, batuk, pilek), penyakit akibat virus lain, sampai infeksi kuman bisa ditolaknya. Semenjak dari sebenarnya fakta ini telah disadari.Jika bayi Anda tinggal satu rumah dengan orang yang menderita campak,biasanya ia tidak akan gampang tertular.

Anak terus menerus panas,batuk dan pilekNamun pada kenyataanya, banyak anak dan bayi menjadi rutin mengunjungi dokter setiap 2 - 3 minggu , selalu karena gejala penyakit yang sama yaitu demam, batuk, dan pilek. Hingga sang orang tuan tidak tahu harus berbuat apalagi.
Pencetus penyakit pada anak sulit ditentukan karena memang bisa bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan ada perokok di rumah. Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari bisa menimbulkan alergi suhu dingin, membuat hidung anak mampet sehingga ia harus bernapas lewat mulut. Kipas angin dipasang di kamar tidur yang lalu meniup debu ke segala penjuru kamar. Belum lagi penularan virus di sekolah dan tempat-tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang sedang batuk dan pilek. Tak jarang pula sakit gara-gara mengonsumsi makanan ringan yang tidak sehat sehingga membuat tenggorokan tergelitik.

Batuk dan pilekyang disertai demam sebenarnya wajar jika terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa kunjungan anak ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu ,dan itu selama bertahun-tahun. Bila hal ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya.

Salah kaprah Pertama:
Pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik,padahal 95% serangan batuk dan pilek yang disertai demam atau tidak itu disebabkan oleh virus, dan faktanya antibiotik tidak dapat membunuh virus. Hal ini selain mubazir, pemberian antibiotik kadang-kadang justru bisa menimbulkan efek samping  berbahaya.
Kalau dibilang akan mempercepat penyembuhan pun tidak, karena penyakit virus memang umumnya akan sembuh dalam beberapa hari, baik dengan antibiotik atau tidak. Hal ini sudah dibuktikan oleh studi terkontrol yang sudah berulang kali sejak ditemukannya antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya selalu sama sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.

Di sisi lain, antibiotik justru  membunuh kuman baik dalam tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ini akan mengurangi imunitas si anak sehingga daya tahannya akan menurun. Akibatnya bisa ditebak, anak selalu  jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan harus berobat lagi. Orang tuanya pun langsung membeli antibiotik yang dibeli langsung dari apotek atau toko hanya karena setiap kali ke dokter mereka diberi obat tersebut.

Lingkaran setan: sakit - antibiotik - imunitas menurun - sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas, batuk, dan pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi yang akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit.

Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara obat batuk dan pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan, si anak tidak akan gampang terserang penyakit flu lagi. Pertumbuhan badannya pun menjadi lebih baik.

Salah Kaprah Kedua
Gejala batuk dan pilek yang tidak diobati dengan cara yang benar, artinya siasat pengobatan perlu untuk dirubah. Hal ini lantaran obat jadi yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah setiap penderita. Bahkan, sering terjadi batuk dan pilek malah menjadi lebih parah dan berkepanjangan.

Suatu perubahan yang mendasar dan individual dalam resep, perlu dilakukan untuk memutus lingkaran setan mengenai panas, batuk, dan pilek ini. Yang paling utama adalah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid secara terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan menggantinya dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat pilek yang terbaru.
Efedrin dosis kecil - dan dicampur dengan antihistamin yang efektif , merupakan obat pilek yang terbaik. Sementara, semua obat yang ternyata tidak terbukti efektif perlu dihentikan.

Terakhir, yang tak kalah penting, carilah faktor pencetus yang dicantumkan pada awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah. Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat karena flu!

(Sumber: Intisari)
Share this post :

Posting Komentar